Bagaimana aku
bisa sampai ke sini? Cerita bermula saat menerima penolakan dari universitas
impian yang membuatku ingin mengambil kesempatan lagi di tahun depan. Aku
teringat akan Kampung Inggris yang sering disebut orang. Kutanyakan pada
seorang teman, kemudian aku disarankan menimba ilmu di sebuah kursusan,
BEC (
Basic English Course), sembari mengisi
kekosongan di tengah penantian. Bulat sudah keputusan, berbekal info dari
sebuah artikel blog (saat itu belum ada website
BEC) yang menyebutkan bahwa
pengambilan kartu pendaftaran dua hari sebelum tanggal registrasi, aku
berangkat ke Pare saat Bulan Ramadhan di tahun 2012. Sesampainya di
BEC office, aku katakan ingin mendaftarkan
diri kepada Pak Arif, dan beliau bilang aku ‘cadangan’. Ternyata artikel yang kubaca
sudah
out of date, peraturan sudah
berubah dari zaman kapan,
ah aku
ceroboh memang. Aku ditawarkan untuk mendaftarkan diri di kursusan cabang yang
masih membuka pendaftaran, beliau juga bilang kalau aku masih bisa transfer ke
BEC setelah menjalani kursus tiga bulan disana. Aku menolak dan memilih
menunggu tiga bulan untuk mendaftar kursus di periode berikutnya, padahal ada
lebih dari seratus kursusan di Pare yang bisa dijadikan piliihan. Beginilah
aku, sangat keras kepala jika sudah menetapkan pilihan.
Di Pare, biasanya
kau akan dipanggil dengan sebutan ‘
Miss’
atau ‘
Mister’, bahkan oleh seorang
penjual kebab. Jangan kaget jika kau diajak ngobrol Bahasa Inggris oleh
penduduk setempat, di depan
BEC misalnya, seorang penjual batagor biasa melayani
pembelinya dengan berbahasa Inggris. Kau juga akan terbiasa dengan pemandangan
orang teriak-teriak berpidato di pinggir jalan, ini biasanya
punishment untuk yang melanggar
peraturan
camp (sejenis asrama,
biasanya diwajibkan
speaking English
24 jam).
|
Ini gerobak batagor depan BEC, ditempelin stiker slogan 'Never try Never know' oleh anak-anak TC 120 |
Berapa uang
yang kau habiskan untuk sekali makan? Sepuluh ribu? Disini kau hanya perlu
menyisihkan uang tiga ribu untuk mendapatkan sepiring nasi pecel atau semangkok
soto Lumayan, dan lima ribu perak untuk makan ayam bakar di warung Piranha.
Pemilik warung makan disini kebanyakan dipanggil dengan sebutan ‘Mak’, ada Mak
Karti, Mak Rom, Mak Tembak, dan mak-mak lainnya. Ah ya, warung Mak Rom ini adalah warung penyetan yang terletak di
dekat HEC (Happy English Course) 1,
kau bisa request mau penyetan dengan
cabe berapapun, kalau aku sih cabe
nol, lidahku tak kunjung kebal dengan yang pedas-pedas.
Paling sering
beli nasi goreng Cak Nur malam-malam, nasi goreng non pedas untukku dan nasi
goreng sumer kecap untuk Fia. Harganya cuma enam ribu rupiah dan kau akan
mendapatkan nasi goreng porsi melimpah. Masih banyak makanan enak dengan harga
terjangkau di sini, ada kwetiau goreng di dekat perempatan HEC 2, kwetiau dan
soto Lamongan di Jalan Brawijaya, sop buah warung Singgahan, singkong keju
depan warung Singgahan, dll. Weekend pun bisa kau isi dengan gowes ke Goa Surowono, Candi Tegowangi,
sarapan di alun-alun Thamrin, atau nongkrong di warung ketan samping
Daffodil’s. Kalau kau main ke Pare harus coba yang terakhir kusebutkan tadi, kata
seorang teman belum afdhol ke Pare kalau belum makan di warung ketan yang satu
ini. Favoritku sepiring ketan campur ditemani segelas Energen vanilla. Namun kau
harus sabar menunggu lama karena warung ketan ini ramai pengunjung, apalagi
kalau kau kesana hari Minggu pagi.
|
Boleh juga sambil main entah apa ini namanya biar nggak bosan nunggu ketan yang dipesan |
|
ini dia ketan campur, yummy :9 |
|
|
|
|
gowes bareng anak-anak pre-HEC 2 |
Cukup sudah
berbicara tentang makanan, sekarang kita beralih ke kursusan. Apa yang
terlintas di benakmu tentang sebuah kursusan? Masuk kelas, lalu pulang, masuk
kelas lagi, dan pulang. Itu saja, simpel. Hal itu pula yang kubayangkan saat
pertama kali memikirkannya. Tapi ternyata tak sesederhana itu, kawan.
Sebuah
kursusan yang lebih dari sebuah kursusan, frase yang mewakilkan kata
BEC alias
Basic English Course yang terletak di
Desa Singgahan, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia.
BEC merupakan kursus Bahasa Inggris pertama di Pare yang didirikan
pada tanggal 15 Juni 1977 oleh Mr. Kalend Osen, namanya mungkin terdengar seperti
orang bule, tapi beliau ini asli orang Kalimantan. Dengan kesederhanaannya,
beliau mengabdikan dirinya mengajari para pendatang dari berbagai kalangan
sejak puluhan tahun silam, tak heran jika beliau diberi penghargaan pahlawan pendidikan.
Kursusan yang
satu ini layaknya
a small Indonesia, didatangi orang-orang dari Jakarta hingga Papua, bahkan
ada juga yang dari Thailand.
BEC terbuka bagi semua orang, dari yang masih SMP,
lulusan SMA, sarjana, sampai yang sedang menempuh pendidikan S2, dari yang
masih muda hingga lanjut usia. Di periodeku, ada seorang kakek yang ternyata
masih semangat menimba ilmu, kami biasa memanggilnya Mbah Sumirat. Kalau tak
salah beliau berumur enam puluhan, tentunya tertua di angkatan, tapi
semangatnya boleh jadi mengalahkan kami satu angkatan.
|
the one from Thailand, her name is Afnee but I'm used to calling her 'phini' |
Pre-BEC, ini
kelas persiapan sebelum memasuki level pertama di
BEC, yakni BTC (Basic
Training Class). Jangan khawatir jika masih benar-benar nol dalam berbahasa
Inggris, kami disini diajarkan dari hal-hal yang sangat mendasar, dari Alphabet
bahkan. Program ini berlangsung selama sebulan dan ada agenda yang disebut
Nightly Speaking (NS) setiap malam, NS ini ‘memaksa’ kami untuk
ngomong Bahasa Inggris. Tak perlu takut
salah atau ditertawakan, orang-orang disini sama-sama masih belajar dan ingin
bisa fasih berbahasa Inggris, kalau kita salah akan langsung diingatkan.
Menertawakan apalagi melecehkan orang yang sedang belajar disini merupakan
sebuah hal terlarang, kalau ada yang ketahuan akan langsung dikeluarkan. Di
setiap akhir NS selalu diberi kesempatan untuk maju ke depan, entah itu sekedar
main
game atau mempraktekan materi
yang baru saja diajarkan. Aku iri dengan mereka yang kelihatannya mudah sekali
melangkahkan kaki maju ke depan. Baru membayangkan berdiri di depan banyak
orang saja perasaanku sudah tak karuan.
Di pre-BEC ini
aku berkenalan dengan awal (yang ini ternyata pencinta es krim juga,
sampai-sampai kami hampir tiap hari jajan corneto),
kak vio, ifa, nana, shinta, mbak louna, mbak iim (mereka ini satu kosan), yang
akhirnya juga membuatku sering numpang
bersarang di Harmony House.
|
NS Pre-BEC 48 sama anak-anak Harmony House |
Level pertama,
BTC, program ini berlangsung selama satu bulan. Minggu pertama di BTC kami
disambut dengan tutorial dari kakak-kakak MS (Mastering System, program
lanjutan setelah program enam bulan BEC). Kami diajak bermain-main kartu
warna-warni sambil berlatih
tenses dasar.
Aku masuk kelas B yang dinamai
Brainy
Class. Wali kelas
Awesome, Brainy,
dan
Cheerful
Class adalah Mr. Rijal, anak pertama dari Mr. Kalend. Anak didikan beliau
tergabung dalam
England Community.
Beliau sangat menginginkan agar anak-anak
England
Community yang nantinya meraih posisi lima besar terbaik saat kelulusan,
sehingga boleh dibilang kami ‘dipersiapkan’ sejak awal.
|
'What card do I give you?' |
Sebulan di BTC
kami mempelajari enam belas tenses.
Kau tahu, kami harus hafal mati urutan tensesnya,
sebab setiap Jum’at ada ujian lisan yang kami sebut oral exam dan akan disodori pertanyaan sejenis ‘They have not walked alone. Move into tense
number nine interrogative!’ Bisa berabe
kan kalau lupa tense nomer sembilan itu apa. Waktu oral exam sebenarnya kami hanya diberikan tiga sampai empat
pertanyaan, tapi cukup untuk membuat kaki gemetaran. Entah kenapa aku selalu
mendapat giliran terakhir saat oral exam, sehingga menurutku ini juga menambah
penyiksaan, gugup berkepanjangan. Hal lain tentang Mr. Rijal, beliau ini
sungguh disiplin, jangan coba-coba datang terlambat apalagi saat oral exam, bisa-bisa kau tak
diperbolehkan ikut ujian. ‘NO SCRATCHING!’,
kalau latihan atau ujian tertulis dengan beliau ini kertasmu harus bersih dari
coretan, tanpa ada stipo, tanpa ada penggantian jawaban.
Di BTC ini aku
juga bertemu dengan seorang yang unik, namanya Kadha Aditya. Dia punya motor
antik yang dia panggil ‘Komo’ dan suka memakai barang-barang nyentrik. Dia menggantungkan lonceng
yang biasanya dikalungkan di leher sapi di ranselnya dan kadang memakai jepitan
jemuran sebagai pemanis kerudung. Kata orang, untung dia cantik. Satu hal yang
kupetik dari Kadha adalah ‘do not worry
yourself with what others think about you, just be you’.
Selanjutnya,
Candidate of Training Class (CTC), ini
level kedua, sejak awal CTC kami diwajibkan untuk berbahasa Inggris oleh Mr.Rijal,
meskipun sebenarnya di
BEC baru diwajibkan berbahasa Inggris di awal TC (
Training Class). Beliau menginginkan
agar anak-anak
England Community bisa
menjadi lebih unggul. Aku senang bisa menjadi anak didik Mr. Rijal, beliau
mengajarkan agar selalu tepat waktu dan selalu memotivasi kami agar berani
speak up meskipun masih anak CTC. Karena
beliau juga aku mulai berani melangkahkan kaki untuk maju, mengambil kesempatan
di setiap NS, tampil di depan ratusan orang, tak peduli kakiku gemetaran atau
ngomongku dengan grammar yang tak karuan.
Bukan untuk
show up, hanya saja aku
benar-benar ingin menghilangkan grogi yang sejak dulu merayap.
|
waktu sharing anak-anak England Community, CTC 12O sama TC 119 |
|
NS CTC, I used to call him my twin because his name is Afif |
Di BTC dan CTC
ini kami juga didampingi oleh Mr. Rozaq, beliau pengajar
English in Use, keponakannya Mr. Kalend. Beliau ini yang paling
sering kuajak diskusi, bahkan saat aku tak lagi di CTC. Yang aku suka cara
mengajar beliau yang santai tapi serius, seperti saat latihan
translation beliau membuat peraturan
jika kami salah menjawab satu soal, maka satu coretan bedak di muka, dan jika
kami sekelas bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar, maka beliau yang akan
pakai bedak tebal dari UK
top
(ruangan lantai teratas gedung UK)
hingga rumah Mr. Kalend, sayangnya yang satu
ini susah untuk diwujudkan.
|
muka-muka bopeng habis kelas translasion |
Seperti yang
sudah kubilang,
BEC ini bukan hanya sekedar kursusan. Aku tak hanya belajar Bahasa
Inggris disini, tapi juga organisasi. Aku tergabung dalam
The Committee of Weekly Meeting.
Weekly
meeting ini merupakan agenda mingguan di
BEC, sejenis
muhadhoroh versi
English.
Ada yang jadi MC,
The Reader of Holy
Qur’an, Translator, Speakers, Corrector of Grammatical, dan
Corrector of Pronunciation. Ada beberapa
meeting dalam satu angkatan. Di
angkatanku (periode 120) untuk kelas A, B, dan C diberi nama
England meeting.
England meeting ini melatih kami untuk tampil di depan orang
banyak. Menurutku yang rada menyeramkan adalah saat menjadi seorang
corrector, kita masih belajar tapi
diminta untuk mengoreksi kesalahan
grammar
dan
pronunciation dari
speakers.
|
the committee of England Meeting CTC 120 with Mr. Rijal |
Ada beragam
pemandangan menarik saat
England meeting,
dari yang pede minta ampun,
overacting,
gemetaran, sampai yang lupa teks speech saking gugupnya. Urusan yang satu ini
memang bukan perkara mudah, aku pun susah payah mengusir rasa gugup yang
singgah. Pernah aku berlatih berhari-hari untuk pidato saat pemilihan ketua
England meeting, bahkan mengorbankan tak
belajar untuk persiapan
pre-test
ujian kenaikan CTC, dan ternyata hancur berantakan gara-gara degub jantung yang
tak karuan. Dan mengenai MC, Mr. Kalend hanya memperbolehkan orang muslim sebagai
MC dalam acara apapun di
BEC. Kenapa? Kata beliau yang namanya segala sesuatu
termasuk sebuah acara harus dibuka dengan basmallah.
|
Shodiq waktu giving speech |
Setiap
kenaikan tingkat, diadakan acara sejenis
farewell
party. Ini kesempatan untuk menyalurkan bakat, baik itu melukis, menyanyi,
drama, menari, dll. Sepertinya setiap periode selalu ada orang-orang berbakat,
BEC memang tak lelah mencetak orang-orang hebat. Kau pun juga dapat
berpartisipasi dalam kepanitian
farewell
ini, biasanya diadakan
oprec dan
seleksi bagi yang berminat. Di
BEC juga benar-benar dilatih agar terbiasa tepat
waktu. Jika acara diagendakan untuk dimulai jam tujuh, maka benar-benar dimulai
jam tujuh, tak peduli ada berapa orang yang hadir di tempat.
|
Drakom Farewell Party Pre-BEC 48 |
|
Welcoming dance Closing CTC, ini kreatif musik pengiringnya pake soundtrack angry bird.. |
|
Btw, yang warna kuning yang kupakai itu gorden kamar kosan, wkwk |
|
chief Fikrie Kartawijaya, biasa dipanggil Karto |
|
Suasana Closing CTC 120 DJF |
|
TC, tiga bulan
terakhir masa belajar di
BEC, ada banyak murid-murid yang transfer dari
kursusan cabang. Tapi di TC ini tak ada lagi sebutan aku anak HEC, aku anak
EECC, ataupun sebutan aku anak
BEC asli, saat ini semuanya satu, sama-sama anak
TC
BEC. Di TC ini pertama kali aku bertemu dengan Lutfia Nurna Ningsih, dia
murid transfer dari HEC 2,
roommateku
hingga lulus dari
BEC. Pencinta warna
orange
ini
singer berbakat, sama seperti dua
teman dekatku yang lain, Rif’atul Aula dan Haniah Kurniawati, mereka semua
artis
BEC,
da aku mah apa atuh.
|
TC 120 MAM :) |
|
yang difoto ini singer BEC semua, kecuali aku, iya aku, haha |
Aku masuk
kelas G, yang diberi nama ‘
Google’,
menurut yang punya ide alasan memakai kata ‘
Google’
karena
Google itu canggih, dan kau
bisa menemukan apa saja di dalamnya. Benar memang,
Google kaya dengan orang-orang yang unik, banyak orang-orang
somplak di kelas ini, tak heran karena
ketua kelasnya pun begitu. Ada yang namanya Trya Megawati, nah yang ini punya
ketawa khas yang bahkan mengundang orang tertawa saat mendengar dia tertawa.
|
Trya Megawati dengan gelak tawanya |
|
Here it is, Google Class.. Ucup, ucup!! |
Banyak
event yang kami ikuti saat kami di level
ini,
event-event itulah yang membuat
kami semakin dekat satu sama lain. Ada kompetisi yel-yel, pemilihan ketua
farewell party,
closing meeting,
debate
competition, walking for fun, dll. Mungkin
kesomplakan mereka-mereka ini yang membuat
Google Class meraih juara dalam beberapa kompetisi. Tapi ada satu
hal yang Mom Atun bilang belum pernah diraih oleh
G Class dari periode entah kapan, predikat A1.
|
Google dengan tema spartan waktu WFF |
Di UK1 kami belajar
English in Use dengan Miss Yuni, beliau
inilah
teacher BEC yang paling bisa
membuat proses pembelajaran menjadi menarik. Miss Yuni ini ahlinya main uno,
beliau juga seorang pencinta renang.
|
Miss Yuni Anjarwati dengan 'wahwoh'nya hehe |
Kami diminta
untuk berimajinasi saat berada di UK2, kelas ini kelas
describing picture, kau akan disodori gambar-gambar dan diminta
untuk membuat sebuah cerita dari gambar-gambar tersebut, kemudian mempresentasikannya
di depan kelas. Menurutku yang paling keren di kelas ini si ketua kelas,
Nasrul, imajinasinya tinggi ditambah ia bisa menirukan berbagai suara, cocok
sudah jadi seorang
story teller.
|
ini gambar
|
ini nasrul, wkwk |
|
UK3 kadang
punya kejutan tersendiri karena punya
teacher
kreatif di dalamnya, Mr.Fu.
Teacher
yang satu ini selalu punya kamus Oxford di tangan, tak pernah lepas dari
genggaman. Beliau ini juga sepertinya sebentar lagi mengalahkan Mario Teguh
saking bijaknya.
|
waktu sharing sama Mr.Fu |
Kalau UK4 ini
kelas favoritku, apalagi dengan yang namanya Mom Atun, ahli
grammar dari Madura. Beliau suka
mengagetkan murid-murid saat di kelas, suka melawak juga, pokoknya paling
maknyus. Mom Atun kalau buat
example tanpa pikir panjang langsung
keluar kata-kata puitis, bisa
diquotin
setiap saat. FYI,
she does not reply any
Bahasa message. Aku pernah juga mengirimkan ralat sms berkali-kali kepada
beliau, beginilah jadinya kalau berkirim pesan dengan
Grammar expert. Kalau Mr. Fah, intinya tak bisa terpisahkanlah dari
buku Betty.
|
dapet foto eksklusif nih sama Mom Atun, hehe |
Masa belajar
di
BEC diakhiri dengan
travel ke
Borobudur, ini bukan jalan-jalan tapi ujian. Kau harus pintar-pintar memasang
tampang memelas
modusin bule agar mau
diajak
ngobrol. Sebenarnya katanya
sih yang dilihat disini bukan dengan
seberapa banyak bule kita
ngobrol,
tapi seberapa betah bule itu
having
conversation dengan kita. Dan saat
travel,
jangan coba-coba datang telat, atau namamu akan
di-scratch.
|
waktu travel di Borobudur |
Di
BEC ada
sebuah predikat yang diimpikan orang banyak, biasa disebut A1 atau
the best one. Predikat ini diumumkan
saat pembagian sertifikat. Jadi ratusan nama
BEC students disebutkan satu persatu dari yang mendapat C sekian hingga
A1, kau akan harap-harap cemas menunggu namamu disebut, atau malah tak
disebutkan samasekali yang artinya kau tak lulus TC.
Saat aku
menunggu giliran namaku disebut di malam pembagian sertifikat, aku mendapatkan
sebuah pesan singkat. Kira-kira begini isinya, ‘ ‘Afifah, Alhamdulillah aku
lulus TC. Makasih banyak udah mau ngajarin aku. Karena kamu aku bisa lulus TC,
Makasih banget ya - Shidiq’ Jadi ceritanya sejak di BTC aku lumayan sering
belajar bareng dengan teman-temanku, rada menirukan kakak-kakak MS saat study club. Member tetapnya si Arvin
Cloudy Frobenius, yang lain kondisional. Nah shidiq ini sesekali ikut, saat itu
ia kesulitan memahami materi pelajaran, sehingga kami membantu memahamkan
materi yang sudah diberikan. Itu saja sebenarnya, namun satu hal yang bisa kita
ambil pelajaran, agar kita selalu berbuat baik sekecil apapun itu. Kadang bagi
kita hal seperti itu bukanlah apa-apa tapi bagi orang lain hal sekecil itu
sangatlah bermakna.
Ratusan nama
sudah diumumkan dan aku masih harap-harap cemas menunggu. A20, A19,.., A10..,
aku semakin gugup. Hingga tertinggal dua nama yang belum disebut, namaku, dan
Mr. Mahmud Efendi. Suasana terasa semakin menegangkan.
‘The Best two is.. Mahmud Efendi’
‘And the best one is...’
‘ ‘Afifaaah..’, audiens serempak
menjawab.
Kau tahu,
rasanya seperti mimpi, naik ke
stage
diiringi lagu
We are the Champion dan
disambut dengan ucapan selamat dari guru-guru
BEC. Sebenarnya aku merasa tak
begitu pantas menyandang predikat ini, bagaimana bisa aku yang begini-begini
saja mendapat A1, padahal ada Mr. Onki Rimawan yang
speakingnya sefasih bule. Tapi mungkin malam itu bukan giliran
Mr.Onki, melainkan giliranku,
Google,
dan Mr. Rijal untuk mendapatkan hadiah. Dan satu hal yang paling penting, sejak
malam itu aku tak takut lagi memimpikan hal-hal yang jauh lebih indah.
|
kalau kau masuk the best five, bisa foto sama semua BEC teachers (walaupun waktu itu nggak semua ada) |
Lantas adakah
yang perlu dibanggakan dari sebuah pencapaian? Mr. Kalend pernah bilang,
simpelnya begini, “kalau ada orang mengatakan ‘wah, lulusan
BEC hebat sekali
ternyata’ kau cukup katakan ‘masih
basic’.
Dan kalau ada orang mengatakan ‘alumni
BEC cuma bisa seperti itu kah’ kau pun
cukup mengatakan ‘masih
basic’.”
Inilah alasan kenapa beliau menamai kursusan ini
‘Basic’ English Course. Masih ada langit di atas langit. Tak ada
sedikit pun yang pantas untuk disombongkan.
|
ini Mr. Kalend Osen |
Kalau kau
bertanya tentang seragam merah hitam yang kami pakai, itu adalah seragam MS,
program lanjutan setelah lulus TC untuk mereka yang mau belajar membagi ilmu
yang dimiliki (
read: mengajar). Bagiku
MS ini masa-masa belajar jadi orang sibuk, betapa tidak, kami masuk kelas jam
lima pagi, dan kadang agenda selesai hampir jam sepuluh malam. Pernah beberapa
kali masuk kelas dengan muka bantal, tak sempat mandi karena kesiangan.
Pasalnya telat semenit saja presensimu langsung L alias ‘
Late’.
|
Waktu MS diajarin sedikit tentang syntax pake metode Chinese Box, simpelnya ngotak-ngotak lah pokoknya |
|
Anak MS kalau ada waktu luang bawaannya pasti pengen tidur, pemandangan seperti ini biasa di italy second floor |
Sebelum belajar
ada agenda sholawatan bersama
Mr.Tata. Beliau ini super, suaranya menggelegar seperti pembawa acara tinju. Beliau
hobinya foto-foto, kadang tahu-tahu muncul begitu saja seperti paparazzi. Kau tak akan bosan
mendengarkan beliau mengajar, sebab beliau mengajar di kelas seperti membawakan
stand up comedy. Namun, kadang aku
sedikit tersiksa saat beliau melawak dengan Bahasa Jawa, seluruh penjuru kelas
tertawa dan aku hanya bisa tersenyum kecewa. Kami biasa memanggil beliau dengan
sebutan ‘Papa’ karena beliau layaknya seorang ayah yang tak bosan-bosannya
menasihati anak-anaknya. Satu hal yang paling sering diingatkan Mr.Tata, yakni
tentang belajar yang berorientasi pada proses, bukan pada hasilnya. Bukan
berarti hasil tidak penting, namun cara kita mendapatkan hasil tersebutlah yang
jauh lebih penting.
“The most important is the
process, not the result.” (A.M.Tata)
|
kita-kita with our papa |
Kalau selama
enam bulan dari BTC hingga TC kami mengikuti NS sebagai peserta, saat MS kami
boleh disebut sebagai panitia. Kami diajarkan untuk belajar membagi sedikit
yang kami punya kepada adik-adik BTC hingga TC. Periodeku merupakan MS 54 JJA (
June, July, August) yang saat itu sedang
bulan puasa. Jadi NS dilakukan setelah sholat tarawih bersama-sama di
Garden Hall. Semakin indah karena
semakin banyak aktivitas yang dilakukan bersama-sama.
|
tarawih bareng di Garden Hall |
Aku bersama
beberapa yang lain juga berkesempatan mengisi kelas
English In Use saat program
Training
System (TS). Ini pengalaman yang agak berbeda, disini kami membagi sedikit
ilmu dengan orang-orang yang lebih tua, beberapa dosen UMJ (Universitas
Muhammadiyah Jakarta) yang sedang belajar di
BEC.
Dua bulan
mengisi
study club dan NS di
BEC dan
satu bulan
outdoor di suatu lembaga.
Kami di tempatkan di tempat-tempat yang berbeda, dari yang di desa hingga yang
di kota, dari yang elit hingga yang sangat biasa. Diuji dengan berbagai hal,
dari susahnya menyatukan perbedaan antar para anggota, keterbatasan fasilitas,
atau pun hal yang lainnya. Tentu saja kami punya cerita yang berbeda-beda.
|
dari ngajar anak pondokan |
|
sampai anak kuliahan |