Umat manusia diutus
sebagai pengelola perubahan, seperti halnya Rasulullah yang ditugaskan untuk
mengubah Arab jahiliyah menjadi pusat peradaban. Umat Islam dahulu pernah
merasakan kejayaannya, lalu dapatkah kita mengembalikannya lagi? Bangsa yang
terpuruk saat ini namun pernah jaya, maka tentunya dapat mengembalikan
kejayaannya lagi dengan pengorbanan dan perjuangan yang sungguh-sungguh.
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang
selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tida
ada pelindung selain Dia” (QS. Ar-Ra’d:11)
Dari ayat di atas Allah
menegaskan bahwa Dia tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum terseut tidak
berusaha untuk mengubah keadaan mereka. Oleh karenanya kita harus bisa
memanfaatkan panca indera, akal, dan hati sebagai modal dalam mengelola
perubahan. Dalam mengelola perubahan kita harus mengenal sejarah dan kompetitor-kompetitor
yang ikut bermain. Pembangunan kembali masyarakat muslim baru dengan
mendasarkan kekuatan pada kesatuan visi dan orientasi hidup, semangat persatuan
dan solidaritas, kemandirian dalam bidang ekonomi, dan kedaulatan politik
ummat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar