Sabtu, 03 Januari 2015

Zenius Mereparasi Otakku

          

                                        sumber gambar : https://www.zenius.net/blog/1926/kupas-tuntas-soal-sbmptn-2013-bagian-1 

          Bercerita tentang Zenius, maka harus menceritakan sepenggal kisah kehidupanku tiga tahun yang lalu. Tiga tahun yang lalu, aku adalah seorang pelajar alias sanriwati kelas XII di sebuah Madrasah ‘Aliyah swasta (bisa dibilang pesantren juga) di sebuah kabupaten di Kalimantan Selatan. Berhubung aku bersekolah di sebuah pesantren, otomatis pelajarannya didominasi oleh pelajaran pondok (agama). Jam pelajaran yang sedikit dan ditambah dengan guru yang kadang masuk kadang tidak membuatku dan teman-teman hanya mengerti pelajaran secara sangat ‘sederhana’, bahkan beberapa pelajaran malah tak kumengerti samasekali. Memang tak bijak jika aku menyalahkan kondisi saat itu, but that I was, aku dulu memang seorang pecundang yang bisanya hanya menyalahkan keadaan.
         Beberapa bulan menjelang Ujian Nasional (UN), aku mulai khawatir. Aku memang selalu mendapatkan ranking tiga besar di kelas, tapi dengan nilai kelas yang seperti apa dulu, kelas yang hanya mengerti pelajaran dengan sangat sangat sederhana, sangat minimalis. Aku mulai takut akan UN, aku menyadari akan pemahamanku yang sangat jauh jika dibandingkan dengan anak-anak lain yang bersekolah di SMA/MA Negeri. Aku mengikuti bimbingan belajar (bimbel) di sebuah lembaga, tetapi tak banyak membantu karena di bimbel hanya mengulangi pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, sedangkan aku belum pernah benar-benar mengerti dengan pelajaran yang diberikan di sekolahku. Aku bertemu dengan anak-anak yang bersekolah di SMA/MA Negeri disana, aku kagum sekaligus minder dengan mereka, di kelas bimbel aku hanya diam tak berkutik, bahkan tak berani sekedar mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pengajar.
          Aku mulai belajar intensif sendiri setiap hari, susah sekali bagiku untuk memahami rumus-rumus dan angka-angka abstrak ini. Begitu banyak hal yang tak kumengerti, dasarnya saja aku belum menguasai, apalagi soal-soal yang begitu bervariasi. Mungkin kalau dipersentasekan, kurang dari 50% materi UN yang kukuasai. Semakin kulihat banyaknya rumus-rumus dan bacaan yang harus kupahami, ketakutanku malah semakin menjadi.
          Sehari menjelang UN, aku jatuh sakit, sakit mental sekaligus fisik, akibat syndrom ketakutan yang berlebihan. Alhasil aku tak bisa mengikuti UN selama dua hari dan harus mengikuti UN susulan. Aku mulai mengikuti ujian di hari ketiga UN, benar-benar hanya mengerjakan sebisaku. Di tengah mengerjakan ujian kimia aku bahkan mimisan, kemudian lari ke toilet dan menangis sejadinya. Entahlah, rasanya ini berat sekali untuk kujalani.
          UN hari ketiga dan keempat sudah terlewat, masih seminggu lagi hingga ujian susulan dilaksanakan. Seminggu yang begitu menyedihkan, aku hampir putus asa, aku merasa benar-benar tak mampu mengerjakan soal-soal ujian, aku ingin berhenti sekolah saat itu juga, padahal tinggal dua hari ujian susulan yang harus kulewati. Aku seperti orang gila yang kehilangan akal sehat, aku sudah hampir menyelesaikan masa sekolahku selama tiga tahun tapi malah ingin menyerah di titik akhir. Beruntung aku memiliki teman-teman yang begitu peduli, mereka tak lelah menasehati dan menguatkanku yang hampir kehilangan arah. Dengan sisa-sisa energi yang kumiliki, aku berhasil melewati seminggu terberat yang pernah kualami seumur hidupku.
          UN susulan pun tiba, aku mengerjakan soal-soal ujian sekuat tenagaku, lagi-lagi hanya semampuku. Kalian bisa bayangkan sendiri berapa soal yang bisa dijawab oleh seseorang yang hanya mengerti kurang dari 50% materi UN. Aku sudah pasrah dengan apapun hasilnya nanti, bahkan sudah berencana untuk mendaftar sekolah negeri di kotaku dan mulai belajar lagi dari kelas X jika aku tak lulus UN. Gila, ya memang, I was nearly mad. Tapi ternyata Allah masih sangat berbaik hati kepadaku, Dia masih mengabulkan do’a seorang pecundang yang hampir lari dari medan perang. Seperti mendapatkan keajaiban, aku lulus UN, meskipun hanya dengan nilai yang tentu saja seadanya.
          Ternyata akal sehatku belum benar-benar pulih. Aku sadar akan kemampuan diri yang tak seberapa, tapi masih saja berani bemimpi untuk mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM), benar-benar tidak realistis. Aku bersikeras untuk kuliah di UGM, kala itu aku samasekali tidak mendaftarkan diri di universitas lain selain di UGM, totally naif. Dengan nilai UN yang pas-pasan, bisa ditebak dengan mudah bahwa aku tidak lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis 2012. Aku bukannya berpikir realistis dan mencoba mengikuti seleksi masuk universitas lain, tapi malah masih keras kepala untuk mencoba SNMPTN tahun berikutnya.
         Setahun bukanlah waktu yang singkat, sehingga aku memutuskan untuk mengikuti kursus  Bahasa Inggris di sebuah lembaga di Pare sembari mengisi waktu luangku. Disana aku bertemu dengan teman-teman yang juga bernasib sama denganku, orang-orang yang ditolak oleh kampus impian. Aku sering diajak belajar bersama untuk mempersiapkan SNMPTN tahun depan, tapi aku menolak, aku masih terlalu minder dan tak mau malah merepotkan teman-temanku, bukannya belajar bersama, malah mereka yang harus mengajariku semuanya. Mungkin karena selalu menolak untuk belajar bersama, akhirnya salah seorang temanku, namanya Arvin, memberikanku video materi SMA untuk membantuku belajar mandiri. Namun aku berencana untuk fokus belajar Bahasa Inggris terlebih dahulu, baru kemudian belajar mandiri untuk mempersiapkan SNMPTN.
          Tak terasa aku telah menyelesaikan masa belajarku di kursusan. Dua minggu lagi SNMPTN tertulis (yang ketika itu berubah nama menjadi SBMPTN) dilaksanakan dan aku galau. Aku bingung memilih untuk mengikuti SBMPTN 2013 atau mengikuti kursus lanjutan selama tiga bulan. Setelah dipikirkan matang-matang, aku memutuskan untuk melanjutkan kursus dan mengikuti ujian seleksi di tahun 2014.
          Setelah kursus lanjutanku selesai, aku pulang ke Kalimantan. Aku teringat akan video materi yang diberikan Arvin waktu itu, masih tersimpan rapi di dalam tiga keping DVD. Teringat jelas kala itu aku memutar sebuah video materi Biologi tentang sel. Ternyata video materi ini adalah video yang temanku copy dari Zenius Xpedia (entah video  di Xpedia memang bisa dicopy atau dia melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dibenarkan hehe), video-video ini sangat memudahkanku dalam memahami konsep-konsep pelajaran. Aku semakin antusias untuk benar-benar belajar dengan video-video materi ini. Baru beberapa video kuputar, ternyata video lainnya corrupted, oh My.
          Kemudian aku mencoba browsing dan mengakses zenius.net. Aku membeli voucher Zenius dan membulatkan tekad untuk belajar semuanya dari awal. Sudah setahun lebih aku tak memegang buku SMA, boro-boro masih ingat, paham betul saja aku belum pernah. Aku sungguhan belajar dari 0, dari aljabar malah. Bukan hanya materi SBMPTN yang kupelajari, tapi juga materi dari kelas X SMA, bahkan sesekali ngintip materi SMP gara-gara lupa tentang garis dan sudut. Kali ini Allah memberikan kesempatan untukku belajar dengan sebenar-benarnya dan tak membiarkan hal sekecil apapun terlewat tanpa dimengerti.  Jika ada yang tak kumengerti, aku tanyakan pada tutor-tutor Zenius lewat mention twitter, ini baru belajar versi canggih hehe.
          Zenius tak hanya membantuku memahami pelajaran, tapi juga berhasil merombak mindset dan mereparasi otakku. Aku yang dulunya takut saat melihat kumpulan rumus dan soal, aku yang dulunya mengalami krisis kepercayaan diri, kini mulai berani berhadapan dengan tumpukan soal-soal yang bervariasi. Aku pun mulai mengerti tentang esensi proses belajar yang sesungguhnya, belajar yang tak berorientasi utama pada hasil, tapi pada proses pembelajaran itu sendiri.
           Zenius memberikan harapan dan inspirasi lewat kisah-kisah para tutor dan alumni. Satu cerita yang selalu kuingat adalah cerita Bang Sabda tentang seorang alumni Zenius yang dulunya tak lulus UN tapi bahkan akhirnya bisa tembus ITB. Aku mulai percaya bahwa aku pun bisa melakukan hal yang sama, tak ada yang mustahil jika aku benar-benar berusaha. Aku mulai merangkai mimpi lagi, mulai menempeli dinding kamar dan lemari dengan jadwal belajar, list materi yang harus kupelajari, kata-kata pembangkit semangat, gambar-gambar kampus impian, hingga kalender reminder yang kucorat-coret tiap hari.



          Aku mulai kecanduan belajar, aku betah bertatapan dengan layar laptop dari bangun tidur hingga tidur lagi, betah duduk di pojok ruang tamu nempel di jendela kaya cicak biar bisa nangkep sinyal wifi tetangga. Pertama kali dalam sejarah hidup bisa belajar mati-matian dan rela hengkang dari media sosial selama berbulan-bulan, semuanya gara-gara Zenius.
          Kurang lebih delapan bulan aku bertemankan Zenius menyiapkan segala amunisi untuk seleksi masuk perguruan tinggi. Kali ini akal sehatku sudah pulih dan bisa berpikir logis lagi, meskipun aku sangat menginginkan menjadi bagian dari UGM, aku tetap harus mempersiapkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Aku mendaftarkan diri di beberapa universitas dan mengikuti empat kali tes, yaitu SBMPTN, UM UGM, mandiri UM, dan UMPTAIN.
          Waktu bergulir dan pengumuman seleksi pun akhirnya tiba. Aku diterima di tiga universitas, Biologi UGM, Pendidikan Biologi UM, dan Pendidikan Matematika IAIN Antasari. Mimpiku akhirnya terwujud, aku adalah satu dari 9.133 orang beruntung yang terpilih dari 295.395 orang yang bermimpi menjadi bagian dari UGM. Terimakasih buat Zenius yang sudah mengantarkan seorang yang dulunya pecundang dan hampir menyerah kalah dengan keadaan menuju kampus kerakyatan yang sudah bertahun-tahun diimpikan.

3 komentar:

  1. Speechless. Salut bgt sama kamu, Fah! Barakallah!

    BalasHapus
  2. ukhti afifah ... kemana aja antum selama ini ?nomer hp antum ga aktif kenapa ? aku cari2x fb antum susah .. semoga kita bisa ketemu lagi yo di UGM , tunggu aku ukh .. aku ikut UTUL UGM lagi di thn 2015 ini.. terima kasih juga udah ngenalin aku sama zenius yang selama satu tahun kebelakang udah nemenin aku :) . i miss u <3

    BalasHapus
  3. ukhti afifah ... kemana aja antum selama ini ?nomer hp antum ga aktif kenapa ? aku cari2x fb antum susah .. semoga kita bisa ketemu lagi yo di UGM , tunggu aku ukh .. aku ikut UTUL UGM lagi di thn 2015 ini.. terima kasih juga udah ngenalin aku sama zenius yang selama satu tahun kebelakang udah nemenin aku :) . i miss u <3

    BalasHapus