Kebanyakan
kita sudah tahu betul bahwa tak ada istilah ‘Pacaran’ dalam Islam. Dan tak
sedikit pula yang berkomitmen untuk having
no relationship before marriage. Mungkin kita pernah menemui orang (atau
malah kita sendiri) yang sangat menjaga interaksi antar lawan jenis, mengerti
sekali akan batasan-batasan, pasang muka datar cuek bebek sama siapapun yang
mendekat. Mau si A,B, C, D, atau E yang
ngasih sinyal, dengan mudahnya kita ‘bye’. Namun saat si X yang mendekat
ternyata takluk jua. Kalau yang bisa pasang muka santai sedatar-datarnya sama lawan jenis kecuali sama si ehem itu banyak,
tapi kalau yang bisa bersikap begitu sama semua lawan jenis tak terkecuali si
ehemnya itu sepertinya masih perlu dipertanyakan. Ada memang, salah satunya si
Satoshi di novel Akatsuki :3
Well, having feeling itu memang fitrah manusia, tak ada yang melarang.
Namun, sadarkah kita ini sebenarnya juga salah satu bentuk ujian dari-Nya? Kita
bisa dengan mudah menjaga hati saat memang tak ada satupun yang singgah. Lalu
ketika seseorang itu datang, tembok pertahanan sepertinya mulai goyah. Ada kecenderungan
dimana kita ingin ‘stay close with the
one’ hingga menambah intensitas interaksi. Jika dua-duanya sama-sama paham bahwa yang namanya
pacaran itu tidak dibenarkan, lalu berkilah atas nama ‘Komitmen’.Padahal dengan
komunikasi yang intens seperti itu apa bedanya dengan pacaran. Atau mungkin ini
yang namanya HBPYSAPJS (Hubungan Bukan Pacaran Yang Sama Aja Pacaran Juga
Sebenarnya).
Rasa cinta
memang sebuah pemberian alias karunia dari-Nya, tapi dengan sikap kita yang
kurang tepat lantas menjadikan kondisi ini bagaikan menukarkan berkah dengan
dosa berlimpah. Takut kehilangan, takut diambil orang, lalu menggenggam
erat-erat padahal belum waktunya, padahal diri masih diliputi oleh ketidakberdayaan.
Jika pun saat ini dipegang kuat-kuat tak lantas bisa menjamin perasaan kita
tetap sama hingga nanti. Ada berapa banyak orang yang akan kita temui dalam
beberapa tahun ke depan? Bagaimana kita bisa berani memastikan apa yang dirasa
akan tetap sama. Padahal Allah Mahamembolak-balikkan hati. Meskipun langit,
bumi, jin, manusia, Monera, Protista bersekongkol untuk menyatukan, jika Allah
tak menghendaki maka tak akan terjadi. Begitu pula meskipun saingan
berlusin-lusin, terpisahkan samudera hingga bebatuan karang, kalau memang jodoh
maka ia akan menemukan jalan pulang, takkan tertukar, takkan direbut orang.
“Lepaskanlah. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu.” – Tere Liye
Kita memang
tak bisa mengunci hati, menolak rasa yang datang, karena ini adalah pemberian
dari-Nya. Tapi kita punya kontrol penuh atas perasaan kita sendiri. Kita punya
pilihan apakah ingin tenggelam dalam ketidakberdayaan atau memutuskan untuk
memberdayakan ketidakberdayaan tersebut. Lebih baik menyibukkan diri dengan
hal-hal yang bermanfaat, mulai berbenah, mengurangi interaksi yang tak perlu
agar tak terus menerus menginvestasikan dosa. Terus meng-upgrade diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, berusaha
memantaskan diri karena Allah, bukan karena makhluk.
Bersyukurlah
jika masih diingatkan Allah untuk kembali berbenah, karena kadang logika macet
saat orang-orang dirundung cinta. Tak perlu berlebihan, terus bersabar, Allah
selalu punya hadiah besar untuk orang-orang yang bersabar. Sekarang mari mulai
membersihkan hati kita yang masih belepotan, jangan sampai yang tadinya
belepotan malah jadi karatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar