Ada sekitar 28,5 juta
penduduk miskin di Indonesia, 17,9 juta terpusat di desa. Desa tidak terbangun
secara optimal, padahal pemerintah telah mengalokasikan dana bantuan desa
sebesar 46,9 Triliun untuk 74.754 desa di Indonesia. Ternyata bukan soal dana
yang menjadi permasalahan, akan tetapi sumber daya unggul yang mau tinggal di
desa. Hal tersebut yang menjadi alasan bagi Nur Agis Aulia untuk akhirnya
memilih untuk membangun desanya.
Mas Agis adalah
salah satu alumni RK yang berkecimpung dalam bisnis Integrated Farming
sekaligus pemberdayaan masyarakat. Menjadi sarjana PSdK UGM yang lulus dengan
predikat cum laude akan tetapi memilih untuk tinggal di desa memunculkan stigma
negative dan underestimate dari banyak orang. Orang-orang menilai bahwa sarjana
yang tinggal di desa dianggap sarjana gagal. Padahal dengan tinggal di desa
maka terdapat peluang besar untuk lebih sukses, terutama dalam bidang
agrikultur.
Menurut
beliau, potensi paling signifikan yang dapat dikembangkan di desa adalah dengan
bertani dan beternak. Beliau meyakini bahwa makanan tebaik adalah yang
dihasilkan oleh tangan sendiri. Melihat kondisi yang kita hadapi saat ini bahwa
beras diberi pemutih, daging bisa jadi disuntik, tidak disembelih dengan cara
yang benar, pemakaian antibiotik, sayur dengan residu pestisida, dan ikan yang
diawetkan dengan formalin, Mas Agis berkeinginan menyediakan makanan terbaik.
Beliau mengatakan bahwa konsep terbaik bertani dan beternak sudah lengkap dalam
Al-Qur’an, sehingga menguatkan beliau untuk menjadi petani, tujuannya sukses
dunia akhirat, pun jika gagal, maka beliau sudah mengamalkan ajaran Al-Qur’an
dan hadits.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar