Jumat, 02 Januari 2015

Menghargai Proses


        
         Kadang kita merasa iri melihat mereka yang cepat sekali mengerti hal baru, kelihatannya bahkan master semua hal, semua mata kuliah. Sedangkan kita bahkan harus membaca berulang-ulang untuk mengerti suatu materi. Mereka dengan mudahnya mencerna apapun yang mereka lahap, sedang kita harus mengunyah dan menelan pelan-pelan agar tak tersedak. Kata orang tak baik membandingkan diri dengan orang lain, tapi mungkin sesekali tak masalah, untuk mengingatkan bahwa diri masih seekor anak kucing yang ingin mengaum seperti seekor singa. Maybe it sounds weird, tapi jangan pernah behenti percaya bahwa tak ada hal yang mustahil untuk diwujudkan atas seizin-Nya.
          Kemampuan tiap orang memang berbeda-beda, tapi toh kita semua dibekali sebuah otak yang sama, pun sama-sama makan nasi, lantas sangat mungkin untuk bisa menjadi seperti mereka. Hanya saja kita harus terus berusaha, berdo’a, dan bersabar sesabar-sabarnya. Karena tentu saja jalan untuk mencapai suatu tujuan itu tak mulus, adakalanya kita mampu berlari sekuat tenaga, namun adakalanya pula kita jatuh terjerambab. Tak masalah jika harus jatuh, yang jadi masalah adalah saat kita jatuh namun enggan untuk berdiri dan mulai berlari lagi.
          Here’s the matter, semua orang juga tahu kalau ngomong itu gampang dan prakteknya pastilah tak segampang ngomongnya. Aku pun masih belajar, aku hanya mencoba mengingatkan diriku sendiri dan teman-teman semua, mungkin saat dalam kondisi down dan merasa susah buat bangkit lagi, kita bisa mengingat-ingat kegigihan Thomas Alfa Edison, beliau harus ‘gagal’ 999 kali terlebih dahulu sebelum berhasil menemukan bohlam pada percobaannya yang ke-1000. Lalu bagaimana dengan kita, baru gagal sekali sudah galau setengah mati, ngeluh sana-sini. So, kapan pun kita jatuh, pastinya kita harus bangkit lagi, toh belum jatuh 1000 kali kan?
          Beberapa orang memang mungkin sudah ditakdirkan jenius sejak kecil, tak perlu bersedih jika kita bukan termasuk orang-orang seperti itu. Seperti kata Bang Tere “Maka sifat jujur (selalu) lebih penting dibanding pintar. Maka sifat kerja keras (selalu) lebih unggul dibanding jenius.” Yup, kerja keras, that’s what we absolutely have to do.
          Poin penting kedua adalah tentang niat, jangan lupa luruskan lagi niat kita belajar untuk apa, tentunya semua harus diniatkan karena Allah, jadikan proses belajar kita sebagai ladang pahala, karena aktivitas apapun yang diniatkan karena Allah akan menjadi ibadah dan insya Allah akan dipermudah. Ketika niat kita sudah benar, jikalau pada akhirnya tujuan atau hasil (baca: hasil ujian) yang kita dapatkan tak sesuai dengan yang kita harapkan, kita insya Allah akan lebih ikhlas menerimanya, sebab kita tahu bahwa yang kita bisa hanya berusaha dan Allah-lah yang menentukan hasilnya. Pun jika hasil yang didapat tak memuaskan, akan selalu ada pahala mengalir yang tak nampak dari-Nya.
          Yang terakhir, mari belajar agar tidak menjadikan hasil sebagai orientasi utama kita. Bukan berarti hasil itu tidak penting, hasil bisa jadi memang merupakan refleksi dari usaha kita, tetapi saat orientasi utama kita adalah hasil, maka kita tak lagi mementingkan esensi dari proses belajar itu sendiri. Dan saat hasil tidak sesuai dengan yang diharap, maka kecewa berat yang akan didapat. Maka dari itu, mari kita belajar menghargai proses, just do our best and let Him do the rest.
“The most important is the process, not the result.” (A.M. Tata)
“Ain’t about how fast I get there, ain’t about what’s waitin’ on the other side, it’s a climb” (Miley Cyrus)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar