Sumber gambar : http://www.emotionalintelligenceatwork.com/resources/story-stories/
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Hallo readers, perkenalkan namaku ‘Afifah, bukan Afifah Afra
apalagi Afifah Syahira, hanyalah seseorang yang ingin belajar menulis dengan
baik dan benar. Sebetulnya sudah lama aku berkeinginan untuk mulai menulis,
tapi ternyata hanya sekedar wacana. Sejak di bangku MA, aku bersahabat dengan seseorang
yang pandai sekali menulis puisi, cerpen, artikel, or anything, dia bahkan
sering ikut dan menang kompetisi menulis dari tingkat kecamatan hingga nasional.
Yang sempat menjadi pertanyaan adalah kenapa aku belum bisa menulis juga,
padahal aku duduk sebangku dengan orang yang jago nulis, padahal kata pepatah
arab, kalau kita berteman dengan tukang minyak wangi, maka kita akan ikut
tertular wanginya. Aku bahkan pernah menjadi ketua redaksi buletin sekolah,
tapi aku ga bisa nulis, aneh ya? Here’s the answer, kerjaanku waktu di buletin
sekolah itu ngedit sama ngelayout, ga pernah nyoba buat nulis sendiri, makanya
ga bisa-bisa nulis hehe.
Kegalauan bermula saat aku harus mengerjakan tugas-tugas
PPSMB (nama ospek di UGM) yang notabene berupa tugas essay. Aku kesulitan buat
nulis, menyita berjam-jam berpikir keras hanya untuk mengerjakan sebuah essay.
Sedih rasanya, padahal nantinya aku akan selalu disibukkan dengan laporan
praktikum (maklum lah anak saintek), kalo aku belum bisa nulis juga kan berabe.
This is why I intend to start writing, tapi kali ini bukan sekedar wacana
tentunya.
Then, aku semakin tercerahkan ketika mendengarkan orasi Pak
Anis Baswedan saat upacara penutupan PPSMB, beliau mengingatkan akan pentingnya
skill menulis, dan tentunya skill ini tidak bisa didapat secara instan, perlu
latihan. Beliau sangat menyarankan untuk mulai menulis pengalaman, ide,
pendapat, atau apapun itu, karena akan banyak sekali hal-hal menarik dan
pelajaran hidup yang akan didapat selama menimba ilmu di kampus biru ini. “Tulislah
pengalaman-pengalaman yang kalian dapatkan, ceritakan kepada teman-teman,
adik-adikmu, agar mereka juga bisa ikut belajar dari pengalaman-pengalamanmu,” kata
Pak Anis. Satu lagi kata-kata beliau yang hingga sekarang beresonasi di otakku,
“Belajar menulislah dari sekarang, selagi kalian masih berada di awal. Bagi
seekor ikan, lebih mudah untuk berenang di dalam kolam kecil daripada berenang
di dalam samudera.” This is the point, selagi masih di kolam kecil, aku harus
mulai menulis, agar tak tenggelam saat nanti berenang ke samudera luas.
Motivasi yang satunya lagi datang dari Bang Tere Liye, the
inspiring one yang berhasil membuatku betah membaca novel tebal dan menyelesaikannya
hanya dalam hitungan jam, padahal tadinya aku ga suka baca novel samasekali. At
that time, aku mengikuti bedah buku ‘BUMI’-nya bang Tere, di kesempatan itu
beliau menceritakan kisah tentang sebatang pohon kelapa yang tumbuh di pinggir
pantai. Ringkasnya begini, suatu ketika buah kelapa dari pohon tersebut jatuh
dan hanyut terbawa arus samudera hingga sampai ke suatu negeri nun jauh disana,
padahal pohon kelapa tersebut hanya diam tak dapat berpindah sesenti pun dari
pantai, tetapi buahnya dapat berkelana hingga ke suatu tempat nun jauh disana.
Nah, begitu pula dengan tulisan yang kita tulis, kita tak pernah tahu orang
dari belahan bumi mana saja yang membaca, siapa saja yang terinspirasi, atau
mungkin saja ada yang bahkan berubah menjadi lebih baik karena tulisan kita.
Well, akan banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang
didapat, yang akan sayang sekali jika hanya dibiarkan berlalu tanpa dicatat
dalam barisan kata-kata. I’m gonna write, because I have a lot of stories to
tell :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar