Jumat, 02 Januari 2015

An Introduction


                    Sumber gambar : http://www.emotionalintelligenceatwork.com/resources/story-stories/


Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

          Hallo readers, perkenalkan namaku ‘Afifah, bukan Afifah Afra apalagi Afifah Syahira, hanyalah seseorang yang ingin belajar menulis dengan baik dan benar. Sebetulnya sudah lama aku berkeinginan untuk mulai menulis, tapi ternyata hanya sekedar wacana. Sejak di bangku MA, aku bersahabat dengan seseorang yang pandai sekali menulis puisi, cerpen, artikel, or anything, dia bahkan sering ikut dan menang kompetisi menulis dari tingkat kecamatan hingga nasional. Yang sempat menjadi pertanyaan adalah kenapa aku belum bisa menulis juga, padahal aku duduk sebangku dengan orang yang jago nulis, padahal kata pepatah arab, kalau kita berteman dengan tukang minyak wangi, maka kita akan ikut tertular wanginya. Aku bahkan pernah menjadi ketua redaksi buletin sekolah, tapi aku ga bisa nulis, aneh ya? Here’s the answer, kerjaanku waktu di buletin sekolah itu ngedit sama ngelayout, ga pernah nyoba buat nulis sendiri, makanya ga bisa-bisa nulis hehe.
          Kegalauan bermula saat aku harus mengerjakan tugas-tugas PPSMB (nama ospek di UGM) yang notabene berupa tugas essay. Aku kesulitan buat nulis, menyita berjam-jam berpikir keras hanya untuk mengerjakan sebuah essay. Sedih rasanya, padahal nantinya aku akan selalu disibukkan dengan laporan praktikum (maklum lah anak saintek), kalo aku belum bisa nulis juga kan berabe. This is why I intend to start writing, tapi kali ini bukan sekedar wacana tentunya.
          Then, aku semakin tercerahkan ketika mendengarkan orasi Pak Anis Baswedan saat upacara penutupan PPSMB, beliau mengingatkan akan pentingnya skill menulis, dan tentunya skill ini tidak bisa didapat secara instan, perlu latihan. Beliau sangat menyarankan untuk mulai menulis pengalaman, ide, pendapat, atau apapun itu, karena akan banyak sekali hal-hal menarik dan pelajaran hidup yang akan didapat selama menimba ilmu di kampus biru ini. “Tulislah pengalaman-pengalaman yang kalian dapatkan, ceritakan kepada teman-teman, adik-adikmu, agar mereka juga bisa ikut belajar dari pengalaman-pengalamanmu,” kata Pak Anis. Satu lagi kata-kata beliau yang hingga sekarang beresonasi di otakku, “Belajar menulislah dari sekarang, selagi kalian masih berada di awal. Bagi seekor ikan, lebih mudah untuk berenang di dalam kolam kecil daripada berenang di dalam samudera.” This is the point, selagi masih di kolam kecil, aku harus mulai menulis, agar tak tenggelam saat nanti berenang ke samudera luas.
          Motivasi yang satunya lagi datang dari Bang Tere Liye, the inspiring one yang berhasil membuatku betah membaca novel tebal dan menyelesaikannya hanya dalam hitungan jam, padahal tadinya aku ga suka baca novel samasekali. At that time, aku mengikuti bedah buku ‘BUMI’-nya bang Tere, di kesempatan itu beliau menceritakan kisah tentang sebatang pohon kelapa yang tumbuh di pinggir pantai. Ringkasnya begini, suatu ketika buah kelapa dari pohon tersebut jatuh dan hanyut terbawa arus samudera hingga sampai ke suatu negeri nun jauh disana, padahal pohon kelapa tersebut hanya diam tak dapat berpindah sesenti pun dari pantai, tetapi buahnya dapat berkelana hingga ke suatu tempat nun jauh disana. Nah, begitu pula dengan tulisan yang kita tulis, kita tak pernah tahu orang dari belahan bumi mana saja yang membaca, siapa saja yang terinspirasi, atau mungkin saja ada yang bahkan berubah menjadi lebih baik karena tulisan kita.
          Well, akan banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang didapat, yang akan sayang sekali jika hanya dibiarkan berlalu tanpa dicatat dalam barisan kata-kata. I’m gonna write, because I have a lot of stories to tell :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar