Berawal dari SNMPTN Undangan 2012, aku mencoba mendaftarkan
sekolahku agar terdaftar di list sekolah yang bisa mengikuti SNMPTN
jalur undangan. Input data anak satu jurusan, scan ini itu, semua kulakukan sendiri. Berhubung sekolahku terakreditasi A, 50% dari nilai
terbaik satu jurusan bisa mengikuti SNMPTN jalur undangan, dan
alhamdulillah nilaiku berada di posisi kedua di jurusanku. Aku
melanjutkan input data pribadi untuk mendaftar SNMPTN 2012. Awalnya sih
lancar-lancar saja, tapi sewaktu melihat kolom NISN, aku baru sadar aku
belum punya NISN. Dan ketegangan dimulai, aku mulai panik, seharusnya
aku sudah punya NISN sejak lulus SD, dan ini seharusnya menjadi
tanggung jawab dari SD-ku. Tapi apalah daya, mungkin karena saat itu
pihak sekolah tidak diwajibkan untuk mendaftarkan murid-murid SD untuk
mendapatkan NISN atau karena apalah, hingga kelas tiga Madrasah Aliyah
pun aku belum punya NISN. Dan parahnya, aku baru tau itu waktu mau
daftar SNMPTN jalur undangan, hiks.
Tapi setiap masalah
pasti ada jalan keluar toh. Aku coba googling tentang cara mendapatkan
NISN, dan ternyata solusinya aku bisa mengajukan untuk membuat NISN
dengan mengisi formulir pendaftaran dan menguploadnya di website
dapodik. Then, aku berkunjung ke website resmi dapodik dan taraaa
ternyata websitenya sedang dalam perbaikan. Konsekuensinya, aku ga bisa ngupload scan formulirnya di website tersebut. Tapi lagi-lagi hal ini
tidak menyurutkan niatku, aku coba pergi ke Dinas Pendidikan dan meminta
pihak Dinas Pendidikan untuk mengupload scan formulirku, tapi tetap
saja nihil, mereka pun tidak bisa mengakses website tersebut. Aku coba
menelpon call center dapodik dan minta tolong diberikan solusi. Pihak
dapodik akhirnya memberikan email ‘darurat’ dan aku diminta untuk
mengirim scan formulirnya ke email tersebut.
Scan formulir
terkirim sudah, tinggal menunggu email balasan dari pihak dapodik.
Beberapa hari berlalu dan tak kunjung ada balasan, padahal waktu
pendaftaran sebentar lagi akan berakhir. Aku coba mendesak pihak
dapodik, aku mengirimkan email ‘desakan’ lewat akun email sekolahku
berkali-kali tapi tak pernah ada respon.
Berhubung aku
adalah murid alias santriwati yang tinggal di asrama, aku tak punya
akses internet di asrama. Jadi, selama ini aku ngurus semuanya di warnet
iya di warnet. Aku sering izin keluar lingkungan asrama untuk
berurusan dengan hal-hal ini, seperti saat menanti email balasan dari
pihak dapodik, aku ke warnet hampir tiap hari, entah berapa uang jajanku
habis buat nge-warnet.
Beberapa hari berlalu dan besok
adalah hari terakhir pendaftaran. Saat itu menjelang maghrib di depan
rumput (rumah putih; sebutan untuk rumah pembina asrama, disebut begitu
karena cat rumahnya berwarna putih), aku bilang ke temanku bahwa aku
udah pasrah, entah kenapa di hari itu aku samasekali tidak ingin
mengecek email sekolahku, mungkin karena sudah lelah di-PHP-in sama
dapodik. Aku sudah mulai mengikhlaskan, mungkin ini emang bukan
jalan-Nya buatku.
Keesokan harinya, teman-temanku yang
lain (yang nasibnya lebih beruntung karena udahpunya NISN) mulai
melanjutkan scan sertifikat deesbe untuk melengkapi data. Beberapa dari
mereka menghampiriku (ceilee), mereka minta maaf dan merasa ga enak sama
aku. Aku yang udah keluar masuk warnet, ngurus ini itu, eh ternyata
malah aku yang ga bisa ikut. Aku bilang gapapa walau sebenernya aku apa
apa .Ya know lah ya, gimana perasaanku, anak kelas tiga es em a (eh
Aliyah mamen) yang masih rada labil saat mengalami momen ini.
Setelah teman-temanku selesai input data, beberapa dari mereka
menghampiriku (lagi). Salah satu dari mereka, sebut saja Mawar, dia
bilang ke aku dengan tampang muka menyedihkan, “Fif, maaf ya, ternyata
NISN kamu dikirim kemarin“, hey, do you know how JLEB I was? Sungguh,
itu rasanya lebih pedes dari ceker Lapindo, sedih? Sedih pake banget
gapake miapah. Nangis? Iya pastinya. Tapi, mau gak mau aku harus belajar
ikhlas, megikhlaskan satu kesempatan emas terbuang gara-gara
kesalahanku sendiri.
SNMPTN jalur tulis tiba, ini
satu-satunya kesempatan yang kupunya untuk masuk kampus biru,kampus
impian, UGM. Tapi takdir berkata lain, ternyata aku tidak mendapatkan
kata ‘Selamat’, melainkan kata ‘Maaf’ yang kudapat. Aku sadar kok,
ini murni karena usahaku belum maksimal, Allah pasti ingin aku berjuang
lebih keras, Allah pasti ingin membuatku menjadi orang yang lebih
sabar.
Aku lagi-lagi belum menyerah, boro-boro daftar
ujian masuk Universitas lain, aku tetap bersikeras ingin masuk UGM, aku
ingin mengikuti SNMPTN jalur tulis lagi tahun depan. Trus selanjutnya
aku ngapain? Nganggur? Nggak lah. Aku mengisi waktu ‘penantian’-ku
dengan mengikuti kursus Bahasa Inggris di Pare Kediri, di Basic English
Course.
Enam bulan berlalu dan resmi sudah aku alumni TC
120 BEC. Kegundahan datang lagi menyelimuti hati (eaaaa). Aku bingung,
antara melanjutkan kursusku lagi atau daftar ujian masuk UGM, saat itu
aku sudah mulai mencintai Bahasa Inggris juga soalnya. Ujian masuknya
terbilang dua minggu setelah programku di BEC selesai,tapi jujur saja
aku belum siap kalau harus ikut tes di tahun itu (2013), mungkin karena
aku mulai terlena dengan Bahasa Inggris sehingga hampir tidak pernah
lagi mempelajari pelajaran waktu Aliyah. Setelah berpikir
matang-matang,akhirnya aku memilih untuk melanjutkan kursusku lagi dan
mendaftar ujian masuk UGM di tahun 2014. Memang bukan keputusan sepele,
ini menyangkut masa depanku juga, menunda kuliah dua tahun itu tuh
sesuatu banget, sampai-sampai malah orangtuaku yang mendesakku buat
daftar kuliah. Tapi karena ini menyangkut kehidupanku sendiri dan yang
menjalani ini semua adalah diriku sendiri, orangtuaku tetap mendukung
apapun keputusanku.
Oktober 2013 aku kembali ke kampung
halaman tanah kelahiran beta Barabai tercinta. Aku mulai menyusun
rencana dan strategi serta amunisi-amunisi untuk persiapan ujian masuk
universitas. Tapi aku udah ga se-ngotot I was, aku tidak hanya berencana
daftar di UGM saja, tapi juga di beberapa universitas lain sebagai
antisipasi jika memang pelabuhanku bukan di UGM.
Kalian
bisa bayangkan, aku udah hampir setahun ga pernah nyentuh buku pelajaran
SMA, udah lupa semua mamen. Aku beneran belajar semuanya dari awal dari
0, ciyus loh. Tapi,aku bersyukur sekali dipertemukan dengan Zenius
(gapapa ya sebut merk). Ini awal revolusi duniaku. Gara-gara zenius
aku betah duduk berjam-jam di depan laptop, bukan main games loh tapi
belajar. Bener-bener belajar dengan sebener-benernya. Sungguh, ini
pertamakali dalam sejarah hidupku aku bisa tahan belajar dari ba’da
subuh sampai mau maghrib, dan kadang kalo semangatnya lagi berapi-api
dilanjut lagi sampe malam. Begadang udah jadi kebiasaan, hari-hariku
berteman tumpukan kertas soal, dinding kamar dan lemariku pun penuh
dengan tempelan-tempelan dari jadwal belajar hingga kalimat-kalimat
pembangkit semangat, pembangkit semangat loh ya bukan pembangkit listrik, tak lupa pula dua lagu yang tak pernah bosan didengarkan, Waiting
Outside the Line-nya Greyson Chance sama The Climb-nya Miley Cyrus, kata
temenku abis dengerin lagu itu kaya abis disiram bensin.
Dua bulan sebelum SBMPTN 2014 ketahanan fisikku mulai menurun, setiap
kali begadang besoknya langsung ngedrop. Aku rada takut kenapa-napa juga
sih, jadinya aku harus mengurangi begadang yang otomatis juga
mengurangi waktu belajarku.
Juni 2014
Aku mengikuti empat tes dan jadwal tesnya marathon ternyata, 17
Juni SBMPTN 2014, 22 Juni UM UGM, 24-25 Juni UM-PTAIN, dan 16 Juli Ujian
mandiri UM. Semua tes kulewati dengan menjawab soal-soal semaksimal
mungkin tentunya, serius susah, susah banget malah, sampai aku agak
pesimis bisa lolos di UGM, tapi tentu saja do’a selalu dipanjatkan,
semoga Allah kali ini berkenan mewujudkan mimpi orang keras kepala
sepertiku.
Dan tiba juga hari itu, 16 Juli,
ada apa dengan 16 Juli? Yap, pengumuman SBMPTN 2014, tapi aku merasa
biasa-biasa saja, gugup juga enggak, ga begitu menanti pengumuman juga,
aku ga begitu yakin bakalan lolos seleksi, malahan dua temen deketku
yang excited banget nunggu pengumumannya. Saat itu aku sedang di Malang
dan ga bisa akses internet lewat PC, jadi aku minta tolong adekku
ngeliatin hasil SBMPTN-ku. Lewat telepon, dia bilang ke aku “kak, kamu
keterima di Gadjah Mada loh”, sambil ketawa-ketiwi ga jelas, “serius
kamu, kamu jangan becanda dong”,aku ga percaya, soalnya dia adekku yang
paling sering jahil, aku mikirnya dia cuma mau menghibur, “serius
loh”, “ itu baca dong tulisannya apaan katanya”, “gini nih, selamat
anda, hehehe” dia malah nyengir ga jelas, “serius dong ah,bacaannya
apaan?”, “ih kamu ga percayaan banget sih kak, liat sendiri aja deh,ntar
aku screenshoot kukirim lewat fesbuk”, dia bilang. Aku mulai gugup,
bukan mulai lapar ya. Aku coba buka pesan fesbuk dan taraaa seriusan
aku diterima teman-teman aku diterimaaaa. Oiya, saat itu sedang
terdengar adzan maghrib di Bulan Ramadhan, rasa-rasanya perutku udah
kenyang gara-gara pengumuman, padahal minum seteguk air pun belum. Sungguh, rasanya seperti dapat keajaiban, ini kado luar biasa dari Allah,
berkah Ramadhan juga.
18 Agustus 2014
Setelah entah berapa tetes bening yang jatuh, ratusan hari menunggu, jutaan do’a diuntaikan ke langit. Rasanya masih saja seperti mimpi, aku benar-benar berada diantara 9.132 orang terpilih dari 295.395 orang di seluruh Nusantara yang bermimpi berada di Lapangan Pancasila hari ini. Sungguh, janji-Nya pasti. Aku benar-benar disini :’)
note : ini tulisan lama yang juga tulisan pertamaku :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar