Kamis, 29 September 2016

Cinta Karena Allah – Kajian Islam Pekanan (Juhainah Intan)


Cinta adalah perasaan yang menghadirkan ketentraman, kebahagiaan, dan meupakan buah dari iman. Cinta adalah perasaan yang memancar karena ketaqwaan, berada dalam koridor ketaqwaan, yang membuat iman kita bertambah. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Hasyr : 9 Allah memberitahu mengenai kaum Anshar dan Muhajirin yang saling dipersaudarakan, yang rela memberikan harta-harta terbaik yang mereka punya atas dasar cinta karena Allah.

“Dan Orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.Al-Hasyr: 9)

Ada tiga perkara yang di dalamnya terdapat manisnya iman, yakni mencintai Allah dan Rasulnya melebihi apapun, mencintai dan membenci karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia membenci untuk masuk neraka. Berdasarkan hadits riwayat  Abu Hurairah mengenai tujuh golongan yang akan masuk syurga, salah satunya adalah orang yang mencintai saudaranya karena Allah. Lantas bagaimana bentuk kecintaan kita karena Allah? Yaitu dengan memberi tahu bahwa kita mencintai saudara kita karena Allah, memanjatkan do’a dari kejauhan saat berpisah, menunjukkan wajah yang ceria dan senyum ketika bertemu, berjabat tangan, menyempatkan diri untuk mengunjungi, menyampaikan ucapan selamat, memberi hadiah, menaruh perhatian akan kebutuhan saudara, dan menegakkan ukhuwah.



Tafsir Q.S Al-Buruj – Kajian Islam Pekanan (Juhainah Intan)


Pada ayat ke 1-3, Allah bersumpah akan tiga hal.
  •      Langit yang memiliki gugusan bintang. Allah bersumpah akan sesuatu yang lebih kecil dari-Nya, namun jauh lebih besar daripada manusia, untuk menyadarkan bahwa manusia adalah hamba yang kecil dan lemah.
  •       Hari yang dijanjikan. Menurut Ibnu Katsir, hari yang dimaksud adalah hari Jum’at. Tafsir lain mengatakan yang dimaksud adalah hari kiamat ketika semua makhluk mempertanggungjawabkan segala perbuatan.
  •       Yang menyaksikan dan disaksikan. Yakni ketika dihisab di padang Mahsyar.

         Pada ayat 10 terdapat kata Al-Hariq yang mensifati Jahannam, artinya sangat membakar. Ayat 11, orang beriman akan mendapatkan Fawzu atau keberuntungan berupa surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Ayat 12 merupakan peringatan kembali agar jangan sampai lalai. Ayat 13-16 mengenai penerimaan dan husnudzon pada Allah, menyerahkan segala sesuatu kepada Allah semata. Ayat 17-20 tentang Fir’aun yang dikepung di laut merah. Bahwa taubat tidak boleh di penghujung hidup kita. Ayat 21-22 Al-Qur’an akan selalu dijamin keasliannya, tidak akan berubah karena tidak aka nada yang mampu membuat yang serupa dengannya.

Seminar Bedah Buku Prophetic Leadership (Bachtiar Firdaus)

Prophetic leadership atau kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membebaskan dari segala bentuk penuhanan terhadap yang lain, kepemimpinan yang mentauhidkan Allah semata dan membebaskan diri dari hawa nafsu. Kepemimpinan profetik dicontohkan oleh Nabi-Nabi kita dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Kepemimpinan profetik selaras dengan tujuan umat manusia diciptakan di Bumi ini.
Dalam menerapkan kepemimpinan profetik, liberasi atau pembebasan dimulai dari diri sendiri, kemudian merambah menuju pembebasan kaum dari segala bentuk penindasan yang dzhalim. Pembebasan tersebut akan membawa perubahan bagi Umat Islam. Tiga hal yang menjadi titik tolak perubahan adalah 1. Kesadaran akan kesalahan diri sendiri, tidak menyalahkan kondisi dan orang lain, 2. Berada di lingkungan dengan orang-orang yang sevisi, dan 3. Kolaborasi dengan orang-orang yang heterogen.
Pemimpin profetik senantiasa melibatkan Allah dalam setiap langkahnya, karena ia tahu bahwa ia lemah dan Allah adalah factor determinan dari usaha yang dilakukannya. Pemimpin profetik adalah pemimpin yang memiliki pengetahuan yang luas dan selalu haus akan ilmu. Ia bisa memberikan warna dan kebaikan bagi lingkungannya, bukan malah tercemari oleh warna-warna yang tidak baik.  
Dalam melakukan perubahan diri menuju pemimpin profetik, kita jangan terjebak dalam casing kurcaci kecil. Kita harus berusaha melepaskan casing tersebut agar menjadi raksasa-raksasa. Setiap dari kita harus segera bermetamorfosis dari ulat-ulat nakal menjadi kupu-kupu peradaban, agar siap untuk meledakkan big bang- big bang dari dalam diri kita.


Pemenuhan Gizi Sehari-hari serta Gaya Hidup Sehat Anak Asrama (Diana Pratiwi)


Sehat adalah kondisi dimana fisik/jasmani, pikiran, dan spiritual dalam keadaan baik. Sehat umumnya terbagi atas dua bagian, yakni sehat jasmani dan sehat ruhani. Untuk mendapatkan jasmani yang sehat maka kita harus memperhatikan makanan, gaya hidup, dan aktivitas fisik. Sementara untuk kesehatan jasmani hal yang diperhatikan mleiputi ibadah, manajemen diri, dan manajemen stress.
Problem yang seringkali dialami oleh anak asrama adalah mengantuk di kelas, hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya makan kurang terjamin, kurang minum, pola tidur tidak teratur, dan kurang olahraga. Padahal dengan aktivitas asrama yang cukup padat, anak asrama harusnya selalu berusaha menjaga kondisi badan tetap fit.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah asupan makanan dan cairan. Untuk laki-laki berumur 20 tahun, jumlah kalori yang dibutuhkan sekita 2200 kkal. Sementara untuk perempuan sekitar 1900 kkal. Makanan yang dimakan idealnya dengan porsi karbohidrat 50%, lemak 25%, dan protein 10-15%. Makanan yang kita makan hendaknya bergizi tinggi, memiliki gizi seimbang, tidak mengandung zat membahayakan, alami, masih segar, dan tidak berlebihan.
Hal kedua adalah pemenuhan cairan tubuh. Dalam sehari disarankan meminum air 8-10 gelas. Kurang minum dapat menyebabkan dehidrasi yang jika sudah dehidrasi di atas 8% berat badan tubuh dapat menyebabkan hal fatal. Dehidrasi 1-2% bb menyebabkan haus kuat, 3-5% bb mulut kering, gemetar, mengantuk, sulit konsentrasi, dan emosi tidak stabil, 6-8% bb suhu badan meningkat, pusing, dan bibir biru.   

Hal ketiga adalah olahraga. Sempatkan diri untuk melakukan olahraga rutin meskipun rutinitas sangat padat. Jika tidak mempunyai waktu luang yang banyak, olahraga di dalam ruangan pun bisa, misalkan work out tabata selama 20 menit. 

Adab Interaksi Ikhwan Akhwat (Ust. Alif Elsi Alvarez)

Pada saat ini dalam aktivitas sehari-hari, kita tidak bisa terlepas dari interaksi dengan lawan jenis. Permasalahan inti dalam persoalan ini adalah sulitnya terpisah antara laki-laki dan perempuan, perempuan belum dianggap mandiri, kaburnya antara yang Haq dan bathil, dan lingkungan dengan kalangan liberal yang kuat. Dalam interaksi tersebut, kerap kali membuka peluang untuk khalwat dan melakukan hal yang tidak sesuai dengan syariat.  Ada batasan-batasan yang harus kita mengerti dan kita jaga, misalnya dengan tidak berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahrom.

Ditikam seseorang dari kalian dikepalanya dengan jarum dari besi, itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” [HR. ath-Thabrani].
.
Di antara hukum melihat lawan jenis, adalah sebagai berikut: 1. Melihat al-ajnubi atau orang lain/asing tidak dipebolehkan jika tidak ada keperluan. 2. Boleh melihat seluruh tubuh istri/budak. 3. Boleh melihat selain bagian tubuh antara pusar dan lutut mahrom atau budak orang lain. 4. Untuk khitbah diperbolehkan melihat muka dan telapak tangan. 5. Untuk pengobatan diperbolehkan melihat bagian yang diperlukan. 6. Untuk mumalah dan saksi boleh melihat wajah. 7. Boleh melihat bagian tubuh dari budak yang akan dibeli.
Ada beberapa kode etik yang kita dapat terapkan untuk menjadi solosi bagi persoalan interaksi lawan jenis, antara lain menutup aurat, menjaga pandangan, perhatikan suara, interaksi seperlunya saja, menghindari kontak fisik, tidak berkhalwat, dan meminta izin kepada pasangan (untuk yang telah menikah), dan menjauhi dari perbuatan zina.


Hukum Perubahan- LNL (Bachtiar Firdaus)

Umat manusia diutus sebagai pengelola perubahan, seperti halnya Rasulullah yang ditugaskan untuk mengubah Arab jahiliyah menjadi pusat peradaban. Umat Islam dahulu pernah merasakan kejayaannya, lalu dapatkah kita mengembalikannya lagi? Bangsa yang terpuruk saat ini namun pernah jaya, maka tentunya dapat mengembalikan kejayaannya lagi dengan pengorbanan dan perjuangan yang sungguh-sungguh.

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tida ada pelindung selain Dia” (QS. Ar-Ra’d:11)

Dari ayat di atas Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum terseut tidak berusaha untuk mengubah keadaan mereka. Oleh karenanya kita harus bisa memanfaatkan panca indera, akal, dan hati sebagai modal dalam mengelola perubahan. Dalam mengelola perubahan kita harus mengenal sejarah dan kompetitor-kompetitor yang ikut bermain. Pembangunan kembali masyarakat muslim baru dengan mendasarkan kekuatan pada kesatuan visi dan orientasi hidup, semangat persatuan dan solidaritas, kemandirian dalam bidang ekonomi, dan kedaulatan politik ummat.


Kepemimpinan Profetik – LNL (Bachtiar Firdaus)

Kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membebaskan dari segala bentuk penghambaan kepada Tuhan yang lain dan pembebasan dari segala bentuk nafsu dunia. Kita memahami kepemimpinan profetik dari Nabi-Nabi kita. Cerita-cerita tersebut jangan sampai hanya menjadi cerita pengantar tidur, cerita tersebut seharusnya kita maknai, kita jadikan cermin untuk berkaca.
Menurut Prof.Dr. Kuntowijoyo, konsep profetik melingkupi Humanisasi, liberasi, dan transedensi. Misi humanisasi (ta’muruna bil ma’ruf) yakni mengajak manusia menuju kebaikan, perbuatan terpuji. Misi kedua yakni misi liberasi (tanhauna anil munkar) yakni mencegah kemungkaran, membebaskan dari segala bentuk kedzhaliman. Misi ketiga merupakan misi transedensi (Tu’minuna billah), yang menyelamatkan, yang melahirkan kesadaran ilahiyah dan mendorong diri kita selalu ingin berbuat kebaikan. Misi-misi tersebut dicapai dalam empat proses, meliputi proses pembacaan, memanfaatkan akal pikiran yang diberikan. Kedua proses penyucian diri dan orang lain, seperti halnya matahari yang memberi cahaya benderang. Proses ketiga adalah proses pengajaran berupa penguasaan epistomologi dan metodologi ilmu pengetahuan (science) dan kebijaksanaan (wisdom). Dan terakhir, proses penguasaan informasi dan masalah-masalah baru dan dinamis.

Kriteria utama kesuksesan pemimpin bergantung pada kesadaran keilahiyahan, yakni kesadaran peran dan fungsi sebagai Khalifah Allah di Bumi. Kita sebagai pemimpin harus memiliki kesadaran ilahiyah untuk melayani ummat, membiasakan dan membebaskan diri kita terlebih dahulu dari tuhan-tuhan kecil, sebelum terjun untuk membebaskan masyarakat kita. Kita tidak boleh terjebak dalam casing kurcaci, meskipun fisik kecil, kita harus memiliki jiwa yang besar. Tentunya hal itu tidak didapat dengan usaha instan, tapi menuntut untuk diraih dengan pengorbanan yang besar agar kita bisa benar-benar bisa terlepas dari casing kurcaci dan berubah menjadi raksasa peradaban.