Cinta adalah perasaan
yang menghadirkan ketentraman, kebahagiaan, dan meupakan buah dari iman. Cinta
adalah perasaan yang memancar karena ketaqwaan, berada dalam koridor ketaqwaan,
yang membuat iman kita bertambah. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Hasyr : 9 Allah
memberitahu mengenai kaum Anshar dan Muhajirin yang saling dipersaudarakan,
yang rela memberikan harta-harta terbaik yang mereka punya atas dasar cinta
karena Allah.
“Dan Orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.Al-Hasyr: 9)
Ada tiga
perkara yang di dalamnya terdapat manisnya iman, yakni mencintai Allah dan
Rasulnya melebihi apapun, mencintai dan membenci karena Allah, dan benci untuk
kembali kepada kekafiran sebagaimana ia membenci untuk masuk neraka.
Berdasarkan hadits riwayat Abu Hurairah
mengenai tujuh golongan yang akan masuk syurga, salah satunya adalah orang yang
mencintai saudaranya karena Allah. Lantas bagaimana bentuk kecintaan kita karena
Allah? Yaitu dengan memberi tahu bahwa kita mencintai saudara kita karena
Allah, memanjatkan do’a dari kejauhan saat berpisah, menunjukkan wajah yang
ceria dan senyum ketika bertemu, berjabat tangan, menyempatkan diri untuk
mengunjungi, menyampaikan ucapan selamat, memberi hadiah, menaruh perhatian
akan kebutuhan saudara, dan menegakkan ukhuwah.